Selasa, 08 Maret 2011

Jilbab, Budaya Arab atau Kewajiban ?

Jilbab masih saja di perdebatkan di kalangan umat islam sendiri khususnya di negara kita, pendapat pertama jilbab adalah wajib, sedangkan pendapat kedua mengatakan  bahwa jilbab nggak wajib, berjilbab bukan kewajiban islam sebagaimana sholat, tapi jilbab hanya sekedar budaya Arab.
Sekarang mari kita telah tentang dua pendapat ini, yang berpendapat wajib tentu menyandarkan pendapatnya pada sumber hukum islam yakni Al-Quran Surat Al-Ahzab 59 : "Wahai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."


Ayat ini disusul pula oleh Alquran surat An-Nur ayat 31. "Hendaklah mereka menutup khimar atau kerudung ke dada mereka".

Kedua ayat di atas sudah jelas menunjukkan perintah berjilbab bagi wanita muslim,  namun ada juga yang berpendapat lain bahwa berjilbab bukan kewajiban, tapi jilbab adalah budaya Arab, benarkah hal itu ?

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat sejarah perkembangan budaya di tanah Arab sebelum Rasulullah di utus, pada beberapa riwayat disebutkan bahwa wanita-wanita di era jahiliyah (sebelum islam datang), mereka suka berpakaian panjang (jilbab atau semacam gamis) sedangkan bagian dada dan lehernya tetap terbuka, mereka juga suka memakai kerudung tapi kerudungnya hanya dibiarkan menjuntai kebelakang, kalau kita mau melihat gambarannya seperti Putri Yasmin dalam Kisah Aladin, atau kayak penari belly dance, yang bajunya panjang tapi keliatan pusernya.

Lalu ketika islam datang dengan diutusnya Rasulullah Sallahualaihi Wasallam, maka diperintahkan  bagi wanita-wanita mukmin untuk menjulurkan atau menyempurnakan pakaian mereka agar menutupi seluruh tubuh mereka, dan menutupkan kerudung ke dada mereka.

Jadi dari penjelasan diatas dapat kita lihat bagaimana perbedaan antara kebudayaan Arab dan ajaran Islam, Islam datang bukan hendak merubah budaya yang ada namun islam datang untuk menyempurnkan budaya yang ada sehingga tercipta masyarakat yang memiliki peradaban dan akhlak yang tinggi.

Jangan karena islam pertama kali di turunkan di Arab lalu kita berkesimpulan bahwa budaya Arab adalah budaya islam, tidak semuanya begitu, budaya di negara manapun jika memang sesuai dengan islam dalam artian tidak melanggar aturan-aturan halal dan haram serta kaidah-kaidah dalam islam, maka kita boleh melestarikannya, namun jika budaya tersebut sudah keluar dari koridor ajaran islam maka disinilah ajaran  islam sebagai "pengkritik" menyuruh kepada pengikutnya untuk membuang jauh-jauh budaya tersebut.

Dan kalau seumpamanya Islam pertama kali turun di Indonesia, pasti lah cara berpakaian wanita zaman doeloe khususnya di Jawa yang suka pakai "Kemben" (istilah jawa : untuk pakaian wanita yang hanya sebatas dada) bakalan dirombak habis.

Jadi, bukan budaya yang membentuk agama, tapi agamalah yang menjadi inspirasi dari lahirnya budaya-budaya yang lebih beradab.
Sebagai contoh, coba kita tengok suku asmat di pedalaman irian jaya, mereka jauh bahkan tidak mengenal sama sekali mengenai ajaran islam, dan kita bisa lihat bagaimana kehidupan mereka yang jauh dari peradaban yang tinggi.

Lalu bagaimana dengan model jilbab, apakah harus serba hitam persis seperti yang biasa dipakai di wanita-wanita di Saudi Arabia, dalam hal ini saya berpendapat lebih terbuka, bahwa tidak selalu kita meniru model berpakaian mereka, karena Al-Qur'an sendiri tidak secara detail menerangkan tentang suatu model pakaian, dan dari sini pula ruang budaya yang sesuai dengan kultur masing-masing negara mengambil perannya, dan itu syah-syah saja selama tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat islam.

Boleh setuju, boleh tidak, karena ini hanya pandangan saya yang masih kurang ilmunya.
Kritik dan saran, sangat saya harapakan untuk kita sama-sama belajar.

sumber:  http://laylawaty.blogspot.com/2010/10/jilbab-nggak-wajib.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar